Posts

FORBIDDEN ISLAND

Image
There was a beautiful island but the bridge was broken and they said it was forbidden to be visited even though I could drive a boat to reach it. That was what I imagined when I looked at this photo. I didn't think the real story was like that, anyways. However, it reminded me to yesterday afternoon when we were in a small record shop. I wore a pink shirt and you wore a white T-shirt. We stood so close but you held your own body and I held my own hand. We were so quiet like other audience, which were less than twenty people, who watching this new singer singing his song that produced by your girlfriend. I remembered that moment when I felt sorry that I didn't really pay any attention to his performance because my thought was somewhere else; clearly about how we'd been so close yet so far and how we'd been enjoying and sharing things together but you were that forbidden island: still unreachable. * Inspired by a photo in a record shop in Notting Hill, UK. #NatsFlashFicti

Sang Ajrih

Image
Kerap terlelap di tengah riuh pesta, namun terjaga saat waktunya pejamkan mata. Di pagi buta rengek kucing terasa bising, namun hilang tenang di malam yang kelewat hening. Kapan resah ini bertelut, dan pikir berhenti karut-marut? Sebab letih cemberut, tak ingin bergelut melawan kalut. Ingin kuawali hari dengan semringah, namun yang ada 'ku cuma resah. Hendak kubakar habis segala risau, nyatanya penat pun tak sanggup kuhalau.  Haruskah kudendangkan tembang ceria 'tiap kali butuh pelipur lara? Mestikah kutonton semua komedi tunggal, demi bisa kembali terpingkal? Muak sudah 'ku terjebak dalam agnyana. Rindu sudah akan ayem bak nirwana. Namun, 'tiap kali ingin kubekap sang ajrih, luka hati malah memerih. Aku gundah, sebab damai tak lagi terjamah. Apakah mungkin harsaku telah sirna, karena cuma nestapa yang berkuasa? Pontianak, 3 Oktober 2020

Harapan?

Image
Aku tak mengerti mengapa masih menaruh harapan pada hutan yang hangus terbakar Ketika aku sudah kehabisan benih-benih tanaman yang mungkin dapat kutabur pada tanah yang telah menjelma abu Lahan itu tak menyisakan apa-apa selain, mungkin, kesuburan Namun lebih daripada itu begitu banyak air mata yang tumpah, binatang-binatang yang kehilangan rumah dan tumbuh-tumbuhan yang kini punah Aku tak mengerti mengapa aku masih menaruh harapan Akan ketiadaan yang nyata Pada kenangan dan sejarah yang telah sirna Akibat dari ketamakan manusia? Sekarang sisa mereka yang memiliki satu benih itu Siap menyulap hutan dan rumah kita menjadi satu hal seragam Memberi kehidupan hanya pada satu jenis tanaman Dulu setiap inci dari hutan-hutan itu punya nama yang berbeda-beda Sungi Nangak, Genilau, Tetijikng, Kangkakng, Dorik Binakng dan ribuan nama lain yang tak dapat kautemukan pada peta dunia pun sulit dituliskan dan cuma dapat kusebutkan saja Lantas, apa yang sesungguhnya kuharapkan dari kehilangan yang tak

Mengapa Saya Harus Menikah?

Image
Pertanyaan ini akan mengandung dua makna bila dibaca dengan nada berbeda. Keduanyalah yang ingin saya ulas sekarang.  “Mengapa saya harus menikah?” yang pertama adalah pertanyaan untuk alasan-alasan seseorang memilih membangun sebuah keluarga. Sementara yang kedua adalah pertanyaan untuk alasan-alasan mengapa seolah-olah menikah itu harus. Saya yakin, pertanyaan pertama lebih mudah ditemukan jawaban-jawabannya, karena yang indah-indah memang lebih mudah dibayangkan. Menikah memang mulia dan bagi sebagian orang sebagai tolok ukur kebahagiaan. Tidak ada yang salah dengan menikah. Yang jadi salah adalah ketika kita menganggap orang lain yang tidak menjalani hal mulia itu sebagai seorang yang gagal. Ada pula anggapan seolah-olah tidak menikah adalah aib. Mengapa? Mengapa pernikahan terdengar sebagai sesuatu yang wajib bagi semua orang? Sebagai seorang wanita yang sudah memasuki “usia matang”, pertanyaan “kapan menikah” dan “mengapa belum menikah” sudah tak terhitung menghampiri. B

Uninvited

Image
Jika saja kaukabari akan adanya pesta Akan kusempatkan pulang barang semalam Bila saja lebih dulu kautentukan seragam Akan kubongkar lemari tua, demi bisa menyamai busana merah yang kaukenakan di hari raya Tapi rupanya tak ada undangan yang tiba hanya cerita meriahnya pesta dari orang ketiga Dan puluhan tanya mendera diriku siapa sebab dalam potret, bajuku saja yang tak sama

The Ruin

Image
  Semestinya aku sudah menjelma abu sejak dulu Ketika kukenakan busana serupa rumah tanpa lampu dan kuketuk pintu-pintu kamar pada jam sembilan malam Lalu kupatah kan hati mereka satu demi satu Sekarang aku malah menyerupa lubang jalan yang menjegal langkah buru-buru Tak layak mengelap piala-piala patah, berharap menjadikannya hiasan Apalagi mengiba potret terpampang di dinding ruang tamu Masa kejayaan sudah tinggal cerita dalam buku tulisan murah yang hanya kepadanya sanggup 'ku berbagi tentang segala resah dan hanya di situ saja kugoreskan impian dengan bahasa sandi yang tak dapat kusuarakan Sebab keadaan telah menjadi tuhan, yang memahkotai diri dan berlenggok mengumbar keindahan yang tak diakui siapapun selain ilusi dan dalam waktu yang lebih rapat dari detik, diharuskannya kusetor upeti yang tak sanggup kubayar dengan darah sendiri

Women, Self-love and Insecurities

Image
Sebagai perempuan, saya pernah tiba di masa kehilangan jati diri dengan kepercayaan diri yang rendah. Ini dibuktikan dengan betapa saya terpedaya dengan standar, yang mirisnya, masih eksis sampai saat ini: perempuan cantik adalah dia yang bertubuh tinggi langsing, berambut lurus dan berkulit putih. Beberapa tahun yang lalu, saya menyisihkan sebagian gaji saat menjadi reporter demi meluruskan rambut di sebuah salon di Jalan Ciledug Raya, Jakarta Selatan. Saya tak peduli betapa tidak nyamannya proses “demi label cantik” itu. Juga akibat lainnya yang hingga sekarang masih saya rasakan seperti rambut rontok, kering dan sulit diatur. Kalau tanpa vitamin, setiap helainya punya kehendak bebas sehingga terbang ke segala penjuru yang dalam tampilan lengkapnya mereka terlihat sungguh acak-acakan. Seiring berjalannya waktu, sejak berkembang pesatnya internet dan sosial media, arus informasi mengalir dengan derasnya. Ada beberapa selebgram yang saya ikuti karena suka dengan karya-karya